Senin, 22 Desember 2008
THE ROMANTIC PERIOD
Minggu, 02 November 2008
poetry analysis
Poetry analysis is the process of investigating a poem's form, content, and history in an informed way, with the aim of heightening one's own and others' understanding and appreciation of the work.
The words poem and poetry derive from the Greek poiēma (to make) and poieo (to create). That is, a poem is a made thing: a creation; an artifact. One might think of a poem as, in the words of William Carlos Williams, a "machine made of words". Machines produce some effect, or do some work. They do whatever they are designed to do. The work done by this "machine made of words" is the effect it produces in the reader's mind. A reader analyzing a poem is akin to a mechanic
Minggu, 14 September 2008
New Research Explains "Tip Of The Tongue" Experiences
In new research, published in the November issue of the Journal of Experimental Psychology: Learning, Memory and Cognition, published by the American Psychological Association,
Aphasia
Aphasia ( from Greek, aphatos : 'speechless' ), is also known as aphemia, and is a loss of the ability to produce and/or comprehend language, due to injury to brain areas specialized for these functions, Broca's area, which governs language production, or Wernicke's area, which governs the interpretation of language. It is not a result of deficits in sensory, intellect, or psychiatric functioning,[1] nor due to muscle weakness or a cognitive disorder.
Depending on the area and extent of the damage, someone suffering from aphasia may be able to speak but not write, or vice versa, or display any of a wide variety of other deficiencies in language comprehension and production, such as being able to sing but not speak. Aphasia may
Selasa, 19 Agustus 2008
CHILDREN OF THE RIVER
situs sumedang
"Seluruh situs cagar budaya yang ada di kawasan Jatigede itu jumlahnya sekitar 28 situs. Namun baru lima situs yang dilakukan eskavasi, ditargetkan tuntas akhir tahun ini," kata Ketua Satgas Penanganan dan Percepatan Relokasi Situs/Cagar Budaya Jatigede, Nunun Nurhayati kepada ANTARA di Bandung, Jumat.
Ia mengatakan, pihaknya akan berupaya menyelamatkan dan merelokasi situs di kawasan Jatigede
perspektif penerjemah Indonesia
Penerjemahan gampang-gampang susah. Mengapa?
Jika ada individu merasa dapat berbahasa dua misalnya bahasa Indonesia dan Inggris, dapat saja menjalankan aktivitas penerjemahan. Memang sungguh mudah. Dua pendekatan yang dapat diimplementasikan saat memulai penerjemahan adalah mengambil posisi atau strategi dasar. Yang Terdengar vs Yang Terlihat Bahasa adalah rangkaian bunyi yang manasuka. Namun, kemanasukaannya ini sungguh manasuka. Seperti kata Shakespeare, “What’s in a name?” Mau bunga mawar, ros, bunga merah tetap saja bunga. Rangkaian bunyi refleksi bunga tetap tidak dapat membuang keharuman, kemerahan, keelokan bunga. Masalahnya bunyi “mawar” yang diucapkan dan yang terlihat dalam bentuk tulisan “mawar” ini dapat saja berubah tergantung dari mana yang dijadikan dasar pengalihan dari bahasa sumber ke bahasa target. Contoh yang terdengar dan yang terlihat diperlihatkan seperti yang berikut ini. Pengalihan bahasa Inggris ke bahasa Melayu, “August” jadi “Ogos”, sementara “police” jadi “polis”. Bahasa Indonesia memakai pendekatan yang terlihat. Misalnya “structure” jadi “struktur” bukan *”strakcer” atau “democracy” jadi “demokrasi” bukan *”demokresi”. Lagi-lagi “computer”/ “komputer”, “television”/”televisi”. Dari para pencetus (baik yang mencetus EYD dan yang mengikuti) ada dorongan ingin mempertahankan bentuk secara kasat lewat huruf yang tidak jauh dari asli. Dan, kebanyakan kata pungutan ini lebih banyak dari bahasa Inggris. Memang ada dari berbagai bahasa lain temasuk bahasa daerah yang masuk menjadi pembantu kata pungutan. Namun, serangan pengambilan bahasa pungutan lebih banyak dari bahasa Inggris. Apakah ini karena bahasa Inggris mendunia saat ini? Entahlah.
Namua ada paradoks jika bahasa Inggris ingin dikedepankan dan ingin diingat sebagai rujukan pengambilan bahasa pungutan mengapa bahasa Latin condong jadi pegangan? Apakah karena bahasa Indonesia disebut bahasa latin. Mungkin. Terlepas dari ide awal para pengusung awal atau “founding fathers” tetap bahasa Indonesia lebih banyak mengambil pendekatan yang terlihat. Contoh lain: Glossary (bahasa Inggris), cenderung diindonesiakan glosarium. Mengapa tidak glosari. Toh, “glossary” lebih dekat daripada “glosarium” sebagai fondasi. Mengapa “sites” jadi “situs” bukan *”saites”.
Masih banyak contoh yang saat ini saya tidak bisa ungkapkan karena saya rasa Anda akan dapat lebih banyak memberikan contoh nyata yang terkini dan mutakhir. Jadi, dari contoh sederhana, bahasa Inggris yang diindonesiakan memang mengambil pendekatan semacam ini.Bila, Anda sebagai penerjemah tentu memiliki otoritas untuk menentukan “otherwise” atau berbeda. Tapi tentu kaidah mendasar yang patut jadi rujukan harus konsisten alias bisa tetap, namun lagi-lagi arus deras mayoritas akan membuat otoritas kita menjadi terikuti arus. Bagaimana Anda memilih pendekatan terjemahan. Yang terdengar atau yang terlihat. Terserah Anda.
Prinsip Dasar dalam Penerjemahan
Kegiatan menerjemahkan bukanlah hanya mengalihkan bahasa yang satu (bahasa sumber) ke bahasa lainnya (bahasa sasaran) tetapi juga mengubah bentuk dari bahasa sumber ke bahasa sasaran. Yang lebih penting lagi adalah memindahkan arti dan pesan dari bahasa sumber ke bahasa sasaran dan pembaca merasa article tersebut bukanlah hasil karya terjemahan.
Seorang translator dalam menerjemahkan dari bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia tidak cuma diperlukan pemahaman tentang aspek bahasa Inggris dan bahasa Indonesia saja (Linguistic) tetapi juga aspek aspek non bahasa termasuk budaya dan kebiasaan dari pemakai bahasa tsb.
Pemahaman yang memadai tentang aspek bahasa dan non bahasa dari bahasa Inggris dan bahasa Indonesia sangat diperlukan untuk memperoleh equvalensi dalam menyampaikan pesan secara tepat dan akurat.
Some principles of translation taken from Translation by Allan Duff.
a. Meaning. Penerjemahan seharusnya merefleksikan arti dari original text secara tepat dan akurat.
contoh :
"You're asking me for the case, and I'm telling you what's possible, but not necessarily what will happen"
"Anda menanayai saya tentang kemungkinan yang terbaik dan yang saya katakan tadi adalah yang bisa terjadi tetapi tidak berarti yang akan terjadi"
b. Form. Susunan kata dan idea dari text dalam penterjemahan seharusnya sesuai dan sama dengan text original (hal ini biasanya dalam penerjemahan legal document, kontrak kerja dll). Tetapi perbedaan struktur bahasa sering diperlukan perubahan dalam bentuk maupun susunan kata.
contoh :
"She worked hard at whatever she did" kalimat ini dalam kalimat aktif.
"Apapun yang dilakukannya selalu dengan sungguh sungguh" kalimat pasif
c. Register. * Menurut kamus linguistic, register adalah a variety of language typically used in a specific type of communicative setting: an informal register; the register of scientific discourse *
Bahasa sering berbeda beda level formalitas nya sesuai dengan konteksnya untuk memecahkan masalah ini the translator harus membedakan experesi formal dan pesonal.
contohnya dalam surat resmi dalam bahasa Inggris : "Dear Sir " diterjemahkan menjadi "Dengan hormat".
d. Source Language Influence. Salah satu yang sering dikritik dari hasil karya penterjemahan ialah hasil terjemahan terkesan tidak natural/alamiah. Hal ini karena penterjemah dalam pemilihan kata atau dalam menterjemahkan terpaku dengan kata atau bentuk dari bahasa sumber.
Contoh :
"She worked hard at whatever she did" jika diterjemahkan
"Dia bekerja keras apapun yang dikerjakan" nampak tidak natural dibanding dengan
"Apapun yang dilakukannya selalu dengan sungguh-sungguh"
e. Style and Clarity. Penterjemah seharusnya tidak merubah style atau gaya dari original text.
contoh :
"How nice this scenery is!" * english exclamation*
jika diterjemahakan:
"Pemandangan itu bagus" style nya menjadi berbeda karena 'english exclamation' diterjemahkan menjadi 'sentence'. Agar tercapai equivalensi dalam style nya sebaiknya diterjemahkan menjadi:
"Alangkah indahnya pemandangan itu"
f. Idiom. expresi idiom sebenarnya tidak bisa diterjemahkan. Termasuk metaphora, pribahasa, istilah dan jargon, slang.etc.
contoh:
Istilah: user-friendly, yuppi etc
the idiom "the scape goat" equivalent dengan "kambing hitam"
"the skeleton in the cupboard" tidak bisa diterjemahkan dengan
"kerangka manusia di lemari" karena idiom ini mempunya arti
"rahasia keluarga"
"The early bird catches the worm" tidak bisa diterjemahkan menjadi "burung yang datang lebih awal dapat menangkap cacing" Karena idiom ini mempunyai arti:
"orang yang melakukan sesuatu lebih diawal akan mendapat keuntungan daripada yang belakangan"
Jadi tidak semua Idiom dalam bahasa Inggris bisa diterjemahkan dengan idiom lagi dalam bahasa Indonesia.
Jika ekspresi suatu idiom tidak bisa langsung diterjemahkan dengan bahasa Indonesia bisa dilakukan salah satu seperti dibawah ini :
-tidak perlu diterjemahkan, cukup diberi tanda koma. contoh: "sandwich"
-biarkan dengan ekspresi original dengan memberikan keterangan dalam kurung
contoh : Brand Image (merk yang sudah terkenal secara meluas seperti supermi, aqua dll)
-terjemahkan dengan idiom yang hampir sama
contoh :
"Barking dogs seldom bite"
"Anjing menggonggong kafilah berlalu"
-Menterjemahkan dengan menggunakan non-idiomatic
contoh :
"Love me, love my dog"
" Jika mencintai saya, kamu harus mencintai semua yang saya miliki, keluarga dan teman-teman saya dan menyukai apa yang saya lakukan/saya sukai.
atau diterjemahkan: Mau menerima saya apa adanya.
Xenoglosofilia di Indonesia - Suatu Kelainan Psikolinguistik?
By Hipyan Nopri
Orang Inggris berbicara dalam bahasa Inggris; orang Italia berbicara dalam bahasa Italia; orang Jerman berbicara dalam bahasa Jerman; orang Arab berbicara dalam bahasa Arab; orang Spanyol berbicara dalam bahasa Spanyol. Apakah orang Indonesia juga berbicara dalam bahasa Indonesia? Jawabannya, ya dan tidak. Mengapa jawabannya ya dan sekaligus juga tidak? Mari kita baca uraian di bawah ini.
Anda mungkin heran dengan istilah yang saya gunakan dalam tulisan ini - xenoglosofilia. Tidak apa-apa, mungkin ini istilah yang baru kali ini atau jarang sekali kita dengar. Karena itu, wajar saja kalau pembaca umumnya belum tahu apa pengertian dari istilah yang terdengar sangat asing ini.
Mungkin memang begitulah kenyataannya - istilah ini sangat jarang kita dengar. Namun demikian, gejala xenoglosofilia sebenarnya sudah sangat tidak asing bagi kita semua. Berikut beberapa contoh dari fenomena xenoglosofilia:
Suara kamu sangat powerful.
Itu menurut aku personally.
Kampanye ini dimaksudkan untuk meningkatkan awareness masyarakat mengenai penyakit AIDS. (Istilah yang digunakan
Dian Sastro pada sebuah iklan sosial televisi)
Save our nation (Salah satu judul acara di Metro TV, sebuah stasiun televisi nasional yang cenderung menggunakan istilah berbahasa Inggris ketimbang bahasa Indonesia)
Waktu itu saya kurang prepared menghadapi para peserta lain.
Kalau ada informasi lowongan kerja, tolong dishare ya.
busway, waterway, dan monorail (istilah yang digunakan Pemda DKI)
quick count, electoral threshold (istilah yang digunakan KPU dan DPR)
fit and proper test (istilah yang digunakan DPR)
Ini hanya sebagian kecil contoh kesalahkaprahan berbahasa. Dalam kehidupan sehari-hari, fenomena ini terlihat sangat jelas di kalangan stasiun televisi, artis, pejabat swasta maupun pemerintah, karyawan swasta maupun pemerintah, dan mahasiswa.
Stasiun televisi Indonesia sering sekali menggunakan bahasa Inggris untuk acara-acara yang justru berbahasa Indonesia. Di antara sekian banyak stasiun televisi tersebut, Metro TV dapat dikatakan sebagai jawaranya. Silakan Anda lihat berapa banyak nama acara yang berbahasa Inggris dan berapa banyak yang berbahasa Indonesia.
Kalangan artis, pejabat, karyawan, dan mahasiswa nampaknya kurang nyaman dalam berbicara kalau tidak menyelipkan satu-dua kata bahasa Inggris. Yang lebih mengherankan, siswa SMP (dalam acara Padamu Negeri di Metro TV) pun sudah mulai ketularan kelainan psikolinguistik ini. Salah seorang siswa SMP tersebut mengatakan, "Kita tidak boleh menjudge . . .."
Apakah fenmonena ini memenuhi kriteria untuk dikategorikan sebagai suatu kelainan psikolinguistik? Secara pribadi, saya berpendapat ini tergolong kelainan psikolinguistik. Mengapa dikatakan demikian?
Mari kita renungkan dan pikirkan sejenak butir-butir pemikiran berikut:
1. Istilah-istilah asing tersebut biasanya digunakan dalam konteks komunikasi berbahasa Indonesia, bukan dalam komunikasi berbahasa Inggris.
2. Istilah-istilah tersebut biasanya tidak perlu digunakan karena padanan bahasa Indonesianya sudah ada.
3. Orang-orang yang menggunakan istilah asing tersebut adalah warga negara Indonesia yang sebenarnya mampu berbahasa Indonesia dengan baik.
4. Istilah-istilah asing tersebut tidak semakin memperjelas makna yang dimaksud dan juga tidak semakin memperlancar komunikasi.
Jadi, jelas ini merupakan suatu kebiasaan dan kecenderungan psikologis dan linguistik yang tidak sesuai dengan situasi dan kondisi.
Sekarang kita lihat pengertian xenoglosofilia dari beberapa sumber berikut:
Xenoglossophilia:
1. Abnormal affection towards foreign languages (Kesukaan tak normal terhadap bahasa asing).
2. A tendency to use a strange or foreign words particularly in a pretentious manner (Suatu kecenderungan menggunakan kata-kata yang aneh atau asing terutama dengan cara yang tidak wajar)
Basavanna, M. 2000. Dictionary of Psychology. New Delhi: Allied Publishers Ltd.
3. An attraction to or inclination to pretentious use of foreign or strange language (Suatu ketertarikan atau kecenderungan menggunakan bahasa yang asing atau aneh secara tidak wajar)
Dari semua uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa gejala kesalahkaprahan berbahasa yang belakangan ini semakin banyak diperlihatkan oleh stasiun televisi, artis, pejabat, karyawan, dan mahasiswa, dapat dikategorikan sebagai suatu kelainan psikolinguistik yang disebut xenoglosofilia.
Bagaimana cara menyembuhkan kelainan ini? Mari kita mulai dari diri kita masing-masing - gunakanlah bahasa Indonesia yang baik, benar, dan wajar baik dalam bahasa lisan maupun bahasa tulis. Selanjutnya, kita ajak orang lain untuk melakukan hal yang sama. Akhirnya, melalui berbagai cara dan media, mari kita desak Pusat Bahasa dan Depdiknas untuk lebih memainkan peran proaktif mereka untuk memasyarakatkan penggunaan bahasa Indonesia di semua kalangan.
Menurut saya, agar kampanye ini berhasil dengan efektif, sasaran utama kampanye tersebut diarahkan pada media massa elektronik (televisi, radio, dan Internet) dan media cetak (koran, majalah, dan tabloid). Sasaran berikutnya adalah lembaga-lembaga pemerintah maupun swasta seperti instansi pemerintah, sekolah dasar sampai perguruan tinggi, perusahaan, dan organisasi sosial-politik.
Saya yakin, dengan tekad kuat dan usaha berkelanjutan, tujuan mulia ini dapat tercapai. Amin.
Metode Penulisan Merubah
Advokasi lingkungan memang bermula dari tulisan.
Kalau kita terus ragu, kapan lingkungan dapat diperbaiki?
Cara advokasi lingkungan hidup dalam penulisan
1. Dakwah akahir jaman, alias “ doomsday sayer”. Pembaca dibikin ngeri sedimikian rupa sehingga terhetar, merinding, ketakutan dan akhirnya mau ga mau harus melakukan sesuatu. Itulah teknik pertama membuat tulisan lingkungan menjadi efektif. Tunjukan akibat terburuk yang langsung menyentuh pembaca, terus kasih tau jalan keluarnya.
2. Memberikan langsung petunjuk praktis. Taukah anda
Kunci yang mampu mengubah prilaku menjadi positif
1. Berasal dari perbuatan nyata. Kita mengenal jargon ISO seri 9000 yaitu “tulis yang anda lakukan dan lakukan yang anda tulis”, dengan kata lain tulisan harus realitas.
2. Kita bisa bicara panjang lebar seolah-olah tau segalanya, tapi tidak punya jendela untuk menatap persoalan dengan lebih arif, dan menjalani jaringan dengan berbagai pihak secara bijaksana.
3. berikan pertanyaan kepada pembaca akibatnya karena banyak pesan pembaca kurang didesak memcahkan masalah. Kalau perlu anda boleh bertanya-tanya saja.
4. banyak pokok dapat dimasukan sebagai pertanyaan, gugatan, sanjungan maupun jawaban-jawaban atas kekosongan dikanan dan kiri kita.
5. Berdialog dengan pembaca, bicarakan seakrab mungkin dengan pembaca. Kembangkan jurnalis dialog
Manusia dewasa menulis karena ia ingin menyatakan sesuatu bukan hanya sekedar menarik perhatian, tetapi karena ada sesuatu yang harus diperbaiki.
Diposting oleh ceceplak di 09:43 0 komentar
Alasan
aku mau berbagi tentang kesalahan yang kulakuan hari ini. sekarang aku merasa tidak seperti dulu kepercayaan diri pun meningkan sehingga membuat jiji dengan percaya diri ini. sekarang aku sebagai ketua senat, mungkin kebanyakan orang sebagai orang penting itu enak?
benar bagi orang yang mengalami banyak kegagalan tetapi aku baru kali ini mengalami kegagalan.
kebiasaan ku mengeluh yaitu masalah waktu. Mereka yang tidak tau tentang
oh ya ...
aku membuat alasan yang bisa ku lakukan yaitu aku sibuk.
itu bukan alasan saja tetapi benar adanya, utnuk seusia ku hari ini mereka ga percaya. kenapa orang yang dikasih penjelasan tidak mengerti?
malah dia menyalahkan ku & membandingkan dengan dirinya.
aku kesal mungkin dia tidak tau aku bagai mana diluar sana jauh dari pandangan yang normal. menganggap bahwa aku pemalas, terserah!
di pikir lagi kenapa kau menyalahkan waktu?
ternyata waktu tidak salah aku sadar kesibukan bukan sebuah alasan. tetapi sebuah bumerang kalau saja itu menjadi alasan.
jangan buat alasan karena sibuk. akuilah bahwa kita belum bisa, itu lebih baik.
karena manusia indonesia sedang krisis kepercayaan.
Rabu, 16 Juli 2008
ANIMAL FARM
Play right: George Orwell
Point of view: the writer use third person
Starring: Mr. Jones, old major, snow ball, and napoleon.
Character:
1. Mr. Jones: the cruel farmer who holds the animals of the farm in Slavery.
2. Old major: an old venerable pig on the farm. He is the animal who inspires every one else to dream of being freed from Slavery under the humans.
3. Snow ball: a pig, he is one of the leaders of the rebellion.
4. Napoleon: a pig, a long with Snow balls the other main leader of the rebellion.
Chapter 1
As animal farm opens, Mr. Jones the owner of manor farm, is drunkenly and boring heading to bed. Animals gather in barn. As old major, the prize boar, tell them that he has thought about the brutal jives that the farm animals lead under human bondage and is convinced that a rebellion. Must come soon in which the animals throw off the tyranny of their human oppressors and come to live in perfect freedom and equality. Major teaches the animal beast of
Chapter 2
Semiotics
PERFUME
Set in 18th century in
2. Character
v Grenouille’s mother
v Jean-Baptiste Grenouille: Protagonist. He is an orphan. He has no scent; he has no smell. And he creates perfumes with murdering 25 girls to take their scent.
v Jeanne Bussie: one of the women who adopt Granouille. And she is the first person who realizes that he has no scent, and claims he is sucking all the life out of her.
v Father Terrier: he is in charge of the church’s charities. First, he thinks Grenouille is a cute baby, but once Grenouille begin to sniff him, and he sends the baby to a boarding house.
v Madam Gaillard: she has no sense of smell, so she doesn’t know that Grenouille has no scent. Her goal in life is to save enough money to have a proper death and funeral. Ironically, she loses all her money in old age, dies a miserable death, and even buried.
v Grimal: he is a tanner. He lives near the river in the rue de la Mortellerie. Grenouille works for him until Baldini pays for him.
v Giuseppe Baldini: he is an old perfumer. He has a perfume shop filled with a strong of scents. The shop is located in the middle of a bridge, the Pont-au-Change. But after Grenouille leaves him, his house and warehouse plunge into the rivers as the bridge finally collapses.
v Chernier: baldini’s assistans.
v Pelissier: he is considered the most innovative perfumer in
v Taillade-Espinasse: marquis, liege lord of a town of
v Madame Arnulfi: she is a widow. She owns the perfume business of her dead husband and has a journeyman named Drout, and he is also her lover.
v Druot: arnulfi’s journeyman.
v Laure Richis: a beautiful red-headed girl. She is daughter of Antonio Richis. And she is central o Grenouille plans of creating a perfume that will people love him.
3. Point of view: the writer use third person.
4. Short summary
Grenouille is an orphan who no has smell. And he is rejected by people. One day he smells a scent and follow it and he find that the source of this beautiful scent is a girl. He kills her to preserve the scent. He dedicated his life to discovering the perfect scent. When he works for Baldini, he makes him become the most popular perfumer in
Grenouille journeys to
Grenouille is pardoned for his crimes, and Laure’s father wants to adopt him because when he apprehended and sentenced to death and one day of his execution. He is wearing Laure’s scent and instead of an execution the whole town becomes a massive orgy. But the experience of the power has dissatisfied him, because he is not loved for himself, but for perfume which he made.
In
DO NOT PASS GO by Jeffrey Archer
Hamid was a minister of Agriculture in
One day he took his money from the Bank and changed it to the American dollars. The following Thursday, he and his pregnant wife (Shereen) took the bus to Ebril, and then took a taxi to Sulaimania, and another bus took them high into the hills of Kardistan. Hamid and his wife slept all the way through the long train journey to the Turkish capital, and woke up the following morning as refugees. They made visit to the
On the plan he got a trouble. The plan’s wing was doesn’t work, so they had to do the transit in
2. Character
- Hamid: he is a nice man, but he betrayed his country, he loves his family and he is a good father.
- Shereen: loyal to her husband, she is a good wife and a good mother.
- Captain: helpful and nice.
- Al-Takriti: bed tempered, resolute and accurate man.
- Hamid’s father: honest man.
3. Setting
· In Airport
· On the plane
· On the train
4. Point of view: the writer use third person.
CHILDREN OF THE RIVER
Sundara was always patient in solving her problems and she ones try to make her family happy. Sundara always thought that her mother didn’t love her because she asked Sundara to go by air plane. But her aunt Soka said that the plane may have been dangerous but she was still alive. Sundara also thought the baby is death was her fault. But Soka didn’t blame her.
One day Sundara and Soka went to the
Jonathan saw in Sundara an independent girl. She always helped her family to get some money. She always took care of her cousin. She loved them very much. Second, Sundara was a good looking, sincere and generous person. Third, Sundara always patient to solve her problem although she had a big dilemma but she life go with her flow. Last Sundara wanted to be a doctor and she always hoped that her dream would come true.
Jonathan sees in Sundara that she was a perfect girl and he loved her very much. Children of the River has a happy ending and I get important and interesting thing from it. I learn about that life must go with the flow. I learn how to solve the problems, and how I can become an independent girl.